Minggu, 02 Juli 2017

Sejarah Pondok Pesantren Misbahul Munir Banjarbaru




Sejarah Berdirinya Misbahul Munir
A.    Sejarah Awal
         Berawal dari kedatangan dua keluarga di bumi shalawat, yakni Bani Hasyim dan Bani Ya’kub. Mereka sebenarnya merupakan transmigran dari tanah Jawa yang hijrah ke bumi Kalimantan dengan tujuan hijrah , sebagaimana hijrahnya Baginda Rasul saw.
Rasa-rasanya tak mampu tangan ini menulis bagaimana proses perpisahan Abuya Syeikh Imam Turmudzi dari Syeikh dan teman-teman seperjuangan beliau jika teringat betapa sangat mengharukan malam itu , tepatnya malam sabtu 30 september 1978 M. Guru beliau , Syeikh Abbas berpesan kepada beliau “ Di sini Buminya Allah dan di sana pun Buminya Allah. “( kama qola syeikh Abbas ) yang berarti dimana pun Buya berada tetap memperjuangkan agamanya Allah swt. Kemudian beliau ( Syeikh Abbas) juga menguntai kata yang indah sebelum berpisah “ Laa Taqul Ma’assalamah Walakin, Qul Illaliqo’.” (kama qola Syeikh Abbas).
Pada hari detik-detik pamitanku pada guru
Aku bersimpuh di hadapan guru,samudera ilmu nan luas
Guru yang sangat lembut dan berwibawa
 Seakan-akan langit dan bumi sirna
Ketika aku memandang kelembutan dan kedamaian di wajahnya
            Wajah yang memancarkan kelembutan
            Membelai jiwa-jiwa yang sedang gundah
            Penawar racun  dunia yang melemahkan
            Sumber kesejukan pada hati yang gersang
Anas bin Malik ra berkata : “ Belum pernah kami melihat pemandangan yang lebih menajubkan dari wajah Sang Nabi SAW( Shahih Bukhari).
Kedatangan mereka ke Kalimantan pertama kali menuju daerah Hatungun , Binuang ,Kalimantan Selatan. Mereka tinggal di lingkungan Pondok Pesantren Muti’ul Huda. Kemudian hijrah ke daerah Bentok, Liang Anggang, tepatnya di perusahaan Semut Ireng. Namun, di tempat ini terjadi kesulitan yakni masalah ibadah. Kemudian diadakan survei dan sampai lah di Bumi Shalawat ini, karena cukupnya sumber kehidupan berupa air. Daerah yang pertama kali di tempati ialah dekat SMP 11 ( sekarang). Tanah yang di tempati pertama kali adalah milik H.Abdurrahman.
Berdirinya Pondok Pesantren Misbahul Munir dimulai dari adanya pengajian dan pelajaran Al-Qur’an yang. ( 1980 ). Perkembangan berikutnya adalah dengan ditambahnya materi ilmu agama sebagaimana yang diajarkan di berbagai pesantren dan diikuti tidak lebih dari dua orang. Bumi shalawat , Misbahul Munir yang bertempat di jalan Golf  Rt.10 Rw 4 kelurahan  Landasan Ulin, kecamatan Liang Anggang , Banjarbaru adalah daerah rawan kriminalitas. Tempat ini masih berbentuk layaknya Hutan Belantara.Jalan masuk ke daerah ini pun masih berupa jalan setapak, jangankan untuk di lewati sepeda motor , untuk sepeda roda dua atau jalan kaki sekalipun masih susah apalagi untuk dilewati mobil atau truk  seperti sekarang ini , sungguh-sungguh tidak mungkin.
Mulailah perjuangan para muasis dari Bani Hasyim dan Bani Ya’kub dalam memperjuangkan Misbahul Munir . Menebang hutan dengan alat sederhana , serta membuat jalan hingga masuk kedalam  beberapa kilo meter hingga mendekati SMP 11 ( sekarang ).
Pada tahun 1986 jumlah santri telah mencapai kurang lebih 120 santri, dan mulai menempati mushola yang kecil dan sederhana, namun didasari oleh kebesaran hati untuk menerima dengan ikhlas atas pemberian Allah swt.Tujuan utama para muasis datang ke daerah ini lebih untuk membangun mushola. Mushola kecil berhias kesabaran dan keikhlasan. Mushola yang penuh kesederhanaan dan keterbatasan , kayu-kayu hutan sebagai tiangnya dan beratapkan daun.Pembangunan mushola ini juga menjadi awal berdirinya majelis ta’lim.
 Kemudian diadakan musyawarah pemberian nama majelis ini, maka muncullah gagasan berupa nama “Misbah “ . Nama ini diambil dari nama guru Ustadz M.Yusa dalam rangka tabarukan kepada beliau. Kemudian sebagai penyempurna ditambah dengan nama “ Munir” yang berarti penerang .Yang berarti Misbahul Munir punya komitmen bahwa” orang-orang Misbahul Munir harus bisa memberi pencerahan.”
Para Muasis dan para asatidz , serta penduduk sekitar bekerjasama dalam membangun mushola ini. Tidak ada tukang atau arsitek khusus dalam pembangunan ini, dengan pengetahuan masing-masing lah sebagai modal nya, sehingga bila ada yang menyalahkan pekerjaan yang lainnya , maka ia harus mampu membetulkan dan menyelesaikan nya ( demikian penuturan yang kami peroleh dari salah seorang Muasis ) . Mushola yang dibangun kurang lebih berukuran 5x5 d an ditempati sekitar 14 orang santri.
Jumlah santri pun semakin bertambah dengan sebagian sudah menetap , diantaranya tinggal di rumah asatidz dan mushola yang telah direhab.Namun setelah itu jumlah santri mengalami kemerosotan , sebab santri banyak dari tingkat pendidikan dasar (SD) sehingga  mereka harus meneruskan ke jenjang pendidikan di atas nya yakni SMP. Baru kemudian pada tahun 1990 jumlah santri mulai normal kembali.Pada tahun ini pula TKA TPA berdiri secara formal. Alumni pertama dari TKA TPA ini diantaranya Ustadz Nur Wahid, yang sekarang beliau telah menjadi ustadz di Pondok ini.
Pada tahun 1991 TKA TPA dipindah ke Nurul Ma’ad namun tenaga pengajarnya tetap dari Misbahul Munir. Pada saat itu orang tua dari santri TKA TPA yang belum bisa mengaji, mereka pun juga  belajar yang tergabung pada system pendidikan GLAMUR  ( Golongan Lanjut Umur ). Pada tahun 1993 diadakan rehap mushola untuk yang pertama kalinya.
Kemudian tahun 1994 dimulailah pembangunan sarana pendidikan berupa asrama dengan sangat sederhana, lagi-lagi dihiasi dengan kebesaran hati. Dalam perkembangan berikutnya status kelembagaan ini pun mengalami perubahan ,dari Majelis Ta’lim menjadi Majelis Ta’lim wa Dzikir. Hal ini sehubungan datangnya Abuya Mustary yang membawa dan mengajarkan ajaran Thariqah Naqhsyabandiyyah Kholidiyah. Baiat pertama dilaksanakan di rumah Bapak  Suryo di jalan Kasturi dengan biaya 25.000 sebagai dana untuk mendatangkan guru.
Pada mulanya para ustadz dan santri masih takut untuk ikut Thareqat , karena dikatakan orang Thareqat itu harus menguasai atau mengerti  tentang syar’i , namun setelah diberi motivasi dan nasehat dari Abuya akhirnya semua ikut.
Perkembangan berikutnya, pada tanggal 17 Agustus 2002 M/ 08 Jumadil Akhir 1423 H , Bumi Shalawat ini mengalami kemajuan yang sangat bagus yakni dari Majelis Ta’lim wa Dzikir menjadi Pondok Pesantren Misbahul Munir dibawah naungan Yayasan Pendidikan Islam Misbahul Munir dengan sebagai ketua Yayasan pertama Bapak Abdul Hamid dan sebagai pendiri Abuya Imam Turmudzi Hasyim.  Di sinilah mulai tampak kejayaan Misbahul Munir . Namun,dikatakan bahwa sebelum menjadi pondok pesantren ,berdiri suatu badan organisasi yang disebut dengan BPP ( Badan Pengelola Pendidikan) yang diketuai oleh Bapak Untung ,dan sekretaris Bapak Nurul Huda.
 Tapi semua keberhasilan itu tidak terlepas dari perjuangan  keras para muasis. Yang mana mereka rela meninggalkan kepentingan pribadi dan keluarga demi memperjuangkan agama nya Allah , demi menyalakan lampu di tengah hutan belantara, demi tegaknya agama Allah.
Dengan adanya Yayasan Misbahul Munir ini , maka terbentuklah Pendidikan Diniyah, TPQ , Lembaga dakwah Islamiyyah, Tahfidzul Qur’an , dan Majelis Dzikir wa Ta’lim.
B.     Perkembangan Misbahul Munir Hingga Saat ini
Misbahul Munir merupakan sebuah  pondok pesantren yang menyediakan pendidikan agama secara resmi. Pondok ini berdiri di atas tanah wakaf dari Muasis dan dari warga setempat , yang pertama kali ialah Mbah Shofawiro . Ternyata diatas tanah wakaf  ini turun berbagai keberkahan , hingga pada suatu kejayaan.
      Seiring dengan perkembangan yang ada , maka Misbahul Munir tidak hanya menyediakan pendidikan yang sifatnya agamis , tetapi juga pendidikan formal. Pendidikan formal yang pertama kali berdiri ialah Pendidikan Madrasah Aliyah yang sederajat dengan SMA(Sekolah Menengah Atas ). Rapat pembentukan Aliyah Misbahul Munir ini dilaksanakan di rumah bapak Aidi dan dihadiri enam orang ,yakni Abuya Syeikh Imam Turmudzi Hasyim, Bapak Aidi, Bapak Triadi, Bapak Rusli, Bapak M. Hamid, dan Ustadz Ahmad Sururi. Tahun ajaran pertama kali dilaksanakan pada tahun 2004 / 2005.
      Selain pendidikan Aliyah juga berdiri PLS ( Pendidikan Luar Sekolah) atau yang biasa disebut Paket B yang sejajar dengan SMP ( Sekolah Menengah Pertama).
      Kemudian berdiri SD ( Sekolah Dasar) Islam Misbahul Munir, dengan tahun ajaran pertama pada tahun 2006 / 2007.  Dengan adanya SD Islam , maka di perlukan pendidikan untuk jenjang berikutnya, yakni SMP atau sederajatnya.
      Sehingga pada tahun ajaran 2009 / 2010 telah aktif pendidikan yang sederajat dengan SMP , yakni berupa Madrasah Tsanawiyah Misbahul Munir.
Kemajuan dari satu tahap ke tahap berikutnya telah dilalui , namun tidak berhenti sampai disini. Karena Misbahul Munir pada tahun 2011 telah mampu mengadakan perkuliahan yang bertempat dilingkungan pondok , di bawah naungan Universitas Darul’ Ulum Jombang. Perkuliahan ini merupakan bentuk kerjasama dan tali silaturahmi antara pondok pesantren Misbahul munir , Banjarbaru dengan pondok pesantren Darul ‘ulum , Jombang.
      Pada tahun 2011 pula , banyak dari kalangan ustadz dan ustadzah pondok Misbahul Munir melakukan kuliah percepatan dan melaksanakan wisuda di kampus induk Universitas Darul ‘Ulum , Jombang.


C.    Lika Liku Perjuangan
1.      Munculnya kecemburuan sosial dan fitnah
Sudah menjadi sunnatullah, setiap ada yang menyukai , maka ada pula yang membenci. Begitu pula yang dialami oleh para pejuang di Pondok Pesantren Misbahul Munir. Banyak yang mendukung , maka banyak pula yang mencoba menghalang-halangi perjuangan ini.
            Ada pula yang mencoba memusuhi dengan berbagai cara, diantaranya  dengan mengatakan bahwa ajaran yang dibawa oleh para Muasis adalah ajaran sesat, menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya dan lain sebagainya.
            Telah dituturkan oleh Abuya Hasyim , bahwa pernah ada orang yang mencoba mengakui bahwa jalan yang telah dibangun oleh para Muasis  adalah hasil kerjanya . Namun Allah Maha Adil dan Maha Mengetahui . Allah menunjukkan mana yang benar dan mana yang salah. Akhirnya orang tersebut malu atas ucapannya sendiri.
            Jika kita kembali kepada sejarah awal sebelum Abuya dan tiga Muasis lainnya mendirikan pesantren ini , fitnah pun terjadi ketika Abuya memperjuangkan pondok pesantren Muti’ul Huda . Dimana ketika pondok itu telah mengalami kejayaan , muncul fitnah yang begitu kejam yang akhirnya Abuya dan Ustadz Ikhram memutuskan untuk pergi dari pesantren tersebut.
2.      Memberantas perzinahan
Daerah Landasan Ulin, khususnya di daerah jalan Golf ini tidak hanya terdapat banyak kriminalitas berupa perampokan, perjudian , dan lain-lain ,tetapi juga terjadi perzinahan.
            Tak mudah untuk menghancurkannya, namun berkat kegigihan yang dilakukan oleh para pejuang Misbahul Munir ,khususnya oleh Abuya Imam Turmudzi, akhirnya perzinahan tersebut dapat di musnahkan , meskipun dengan berbagai rintangan.
            Jika ditelusuri lebih dalam lagi, mungkin masih banyak rintangan yang dilalui oleh para Muasis yang belum kami ketahui secara detail.  


Bagian III
         Pengenalan Terhadap Para Mu’asis
Pengenalan terhadap para mu’asis merupakan suatu keharusan , khususnya bagi Keluarga Besar Ma’had Misbahul Munir. Mengenal beliau-beliau berarti mengenamg pula jasa-jasa beliau dalam memperjuangkan ma’had ini.
Bagaimana tinggi atau alimnya kita , tidak akan mampu menandingi apa yang telah mereka perbuat. Kita sebagai penerus , hendaknya menjaga betul apa-apa yang telah mereka perjuangkan, sehingga kita tidak berbuat seenaknya saja.
Pondok ini dibangun diatas keikhlasan dan pengorbanan yang begitu agung. Tak seorang pun dapat menodai nya. Para mu’asis pun berharap kelak pondok ini akan selalu di pegang oleh orang yang benar-benar ikhlas hanya mengharap ridho Allah swt saja.
1.      Abuya Hasyim
Abuya Hasyim atau mbah Hasyim , begitu biasa beliau dipanggil.Beliau putra dari mbah Bajuri. Mbah Hasyim merupakan Muasis tertua di Ma’had ini. Beliau adalah ayahanda dari enam orang anak yang salah satunya ialah Abuya Imam Turmidzi Hasyim, yang mana telah kita ketahui bahwa beliau juga salah satu dari empat Muasis di Ma’had Misbahul Munir.
Istri beliau bernama Siti Maryam , yang mana beliau merupakan seorang istri yang luar biasa. Beliau istri yang setia mendampingi suami dalam keadaan apa pun.
Mbah Hasyim merupakan seorang pejuang pada masa PKI. Beliau begitu gigih dalam memperjuangkan kebenaran dan menumpas kebatilan. Jadi tidak mengherankan jika hingga saat ini beliau begitu keras dan tegas dalam menghadapi kebatilan. Namun dalam kerasnya beliau tersimpan kelembutan yang terpancar pada setiap tingkah laku beliau.
Pernah saat kami datang di kediamannya, beliau mengungkapkan satu ungkapan yang biasa beliau camkan dalam berjuang yakni : “ Rawe-rawe rantas , malang-malang putung .” ( kama qola Buya Hasyim). Yang mana dalam berjuang beliau punya tekat yang kuat , yang tak akan pernah mundur dalam keadaan apapun, meskipun harus mempertaruhkan nyawa.
2.      Ustadz Muhammad Yusa
Ustadz Muhammad Yusa merupakan Muasis tertua kedua setelah Mbah Hasyim. Beliau lahir pada tahun 1943 . Ibunya bernama Sabi’ah binti Hanafi, dan ayahnya bernama Ya’kub bin Ilyas. Beliau adalah kakak dari Ustadz Muhammad Ikhram , yang beliau juga merupakan Muasis di Pondok ini.
            Beliau menikah dengan salah seorang putri  Mbah Hasyim, Ustadzah Siti Fatimah dan telah dikaruniai seorang putri bernama Siti Badriyah. Kehidupan beliau terlihat begitu bahagia. Apalagi pada usia senjanya , Ustadz Muhammad Yusa telah memandang  putri nya tumbuh menjadi gadis cantik, cerdas, dan sholehah. Suatu kebahagiaan yang tak dapat di lukiskan ketika melihat putra dan putrinya tumbuh menjadi anak yang sholeh dan sholehah, taat kepada Allah dan Rasul Nya.
            Hingga saat ini Ustadz M.Yusa masih tetap mengajar,meskipun usia beliau terhitung tua namun semangat mengajar beliau masih tinggi, bahkan melebihi ustadz-ustadz yang masih muda. Menurut penuturan istri beliau, bahwa Ustadz Yusa merupakan guru pertama di Pondok Misbahul Munir ini.
3.      Ustadz Muhammad Ikhram
Ustadz Muhammad Ikhram lahir pada tahun 1955 , ibunya bernama Sabi’ah binti Hanafi  dan ayahnya bernama Ya’kub bin Ilyas. Istri beliau bernama Siti Munawarah , namun beliau telah lebih dulu dipanggil oleh Allah swt . Beliau telah dikaruniai tiga orang anak, dua orang putri dan satu orang putra.
            Dalam kehidupan tanpa seorang pendamping, beliau tampak begitu tegar dan bijaksana.Beliau tidak hanya berperan sebagai ayah, namun juga sebagai ibu dari anak-anak beliau. Beliau mampu mendidik anak-anak nya dengan baik , menjadi calon generasi penerus yang sholeh daan sholehah serta berkualitas.
            Dalam mengajar beliau pun tidak kalah semangat dengan kakak beliau, Ustadz Yusa. Dalam mengajar beliau selalu berpesan kepada santri-santrinya akan penting nya kejujuran dan berlaku benar. “ Jujur dan Benar adalah kunci kesuksesan, oleh karena itu jika engkau ingin sukses dalam menuntut ilmu-ilmu nya Allah dan sukses dunia akhirat , maka selalu pegang dua hal tersebut.” ( kama qola Ustadz M. Ikhram).
4.      Abuya Syeikh Imam Turmudzi Hasyim  
Abuya Syeikh Imam Turmudzi Hasyim adalah putra dari  pasangan mbah Hasyim dan mbah Maryam. Beliau lahir di Banyuwangi, tahun 1965. Istri beliau bernama Sulatin (Ummi). Beliau telah dikaruniai tiga orang anak , dua orang putra dan satu orang putri .Jika kita ingin mencontoh sebuah keluarga yang harmonis , maka keluarga Buya lah yang patut di pandang.
  Beliau adalah Muasis sekaligus Syeikhul Ma’had Misbahul Munir. Dalam mengajar beliau selalu mengutamakan pendidikan akhlak dan hati. Dalam mengajar beliau selalu memberikan kesejukan , hingga santri yang menerimanya pun merasa senang dan merasa diayomi. Beliau selalu berpesan agar santri nya tidak pelit dan ikhlas dan segala hal . Segalanya dilakukan atas dasar memohon ridho dari Allah .“ Bukan santriku kalau masih pelit dan tidak pumya keperdulian pada yang lain .“ ( kama qola Abuya).
Selain sebagai Syeikhul Ma’had beliau juga seorang Mursyid dari Thariqah Naqhsyabandiyyah .Beliau selalu mengajarkan akan keutamaan-keutamaan menjaga hati. Beliau pernah berpesan agar kita harus senantiasa menjaga hati , karena ilmu akan mudah masuk dan  bertempat pada hati-hati yang bersih. Hati yang bersih akan menimbulkan perbuatan atau tingkah laku yang mulia. Beliau pernah berucap “ Pondok ini tidak berpagarkan tembok yang tinggi dan kokoh, akan tetapi hati-hati orang yang di dalamnyalah yang senantisa di pagar dengan kokoh .”(kama qola Abuya).
 Kekasih…………………
Kedatanganmu senantiasa ditunggu
Kepergiaanmu mengundang berjuta kerinduan
Ucapanmu menghapuskan berbagai kegundahan
Senyummu memberikan kesejukan
            Pelita hati…………………
            Cahayamu telah menerangi gelapnya hati
            Nasehat-nasehat telah mengobati kebutaan
            Hati-hati kini tak lagi mengambang
            Telah kau ikat kuat dengan kasih dan sayang
Ungkapan ini sungguh-sungguh tak cukup untuk menggambarkan betapa berharganya beliau di hati setiap umat, khususnya para santri serta keluarga besar Ma’had Misbahul Munir.
Namun hanya ini yang mampu di tulis. Rasa kagum dan sayang ini hanya dapat dirasakan, namun sulit untuk ditulis apalagi diungkapkan.

7 komentar:

  1. Bagus, sdh mau menulis.
    Perbanyak lagi tulisannya spy lebih terbiasa berkarya

    BalasHapus
  2. bisa jadi referensi skripsi juga nih...

    BalasHapus
  3. Insyaallah mudahan tambah rajin mengetik dan selalu ada yg bisa diajak konsultasi dengan tata bahasanya

    BalasHapus
  4. Mudahan pondok Misbahul Munir terus berkembang . Amiin

    BalasHapus
  5. Subhanallah, suatu perkembangan yg luar biasa, saya dulu merasa dekat dengan ponpes misbahul Munir krn saya salah satu jama'ah majlis dzikir yg dibina oleh Buya Imam Turmudzi , tp krn pekerjaan dan pindah rumah lalu kurang aktif berjamaah, saya merasa telah menyia-nyiakan kesempatan, sekarang insya Allah mengejar kembali kesempatan yg telah hilang, mudahan Allah memberi kemudahan

    BalasHapus