Sejarah
Berdirinya Misbahul Munir
A.
Sejarah
Awal
Berawal dari
kedatangan dua keluarga di bumi shalawat, yakni Bani Hasyim dan Bani Ya’kub.
Mereka sebenarnya merupakan transmigran dari tanah Jawa yang hijrah ke bumi
Kalimantan dengan tujuan hijrah , sebagaimana hijrahnya Baginda Rasul saw.
Rasa-rasanya
tak mampu tangan ini menulis bagaimana proses perpisahan Abuya Syeikh Imam
Turmudzi dari Syeikh dan teman-teman seperjuangan beliau jika teringat betapa
sangat mengharukan malam itu , tepatnya malam sabtu 30 september 1978 M. Guru
beliau , Syeikh Abbas berpesan kepada beliau “ Di sini Buminya Allah dan di sana pun Buminya Allah. “( kama qola
syeikh Abbas ) yang berarti dimana pun Buya berada tetap memperjuangkan
agamanya Allah swt. Kemudian beliau ( Syeikh Abbas) juga menguntai kata yang
indah sebelum berpisah “ Laa Taqul
Ma’assalamah Walakin, Qul Illaliqo’.” (kama qola Syeikh Abbas).
Pada hari detik-detik pamitanku pada
guru
Aku bersimpuh di hadapan guru,samudera
ilmu nan luas
Guru yang sangat lembut dan berwibawa
Seakan-akan langit dan bumi sirna
Ketika aku memandang kelembutan dan
kedamaian di wajahnya
Wajah
yang memancarkan kelembutan
Membelai
jiwa-jiwa yang sedang gundah
Penawar
racun dunia yang melemahkan
Sumber
kesejukan pada hati yang gersang
Anas
bin Malik ra berkata : “ Belum pernah
kami melihat pemandangan yang lebih menajubkan dari wajah Sang Nabi SAW( Shahih
Bukhari).
Kedatangan
mereka ke Kalimantan pertama kali menuju daerah Hatungun , Binuang ,Kalimantan
Selatan. Mereka tinggal di lingkungan Pondok Pesantren Muti’ul Huda. Kemudian
hijrah ke daerah Bentok, Liang Anggang, tepatnya di perusahaan Semut Ireng.
Namun, di tempat ini terjadi kesulitan yakni masalah ibadah. Kemudian diadakan
survei dan sampai lah di Bumi Shalawat
ini, karena cukupnya sumber kehidupan berupa air. Daerah yang pertama kali di
tempati ialah dekat SMP 11 ( sekarang). Tanah yang di tempati pertama kali
adalah milik H.Abdurrahman.
Berdirinya
Pondok Pesantren Misbahul Munir dimulai dari adanya pengajian dan pelajaran
Al-Qur’an yang. ( 1980 ). Perkembangan berikutnya adalah dengan ditambahnya
materi ilmu agama sebagaimana yang diajarkan di berbagai pesantren dan diikuti
tidak lebih dari dua orang. Bumi
shalawat , Misbahul Munir yang bertempat di jalan Golf Rt.10 Rw 4 kelurahan Landasan Ulin, kecamatan Liang Anggang ,
Banjarbaru adalah daerah rawan kriminalitas. Tempat ini masih berbentuk
layaknya Hutan Belantara.Jalan
masuk ke daerah ini pun masih berupa jalan setapak, jangankan untuk di lewati
sepeda motor , untuk sepeda roda dua atau jalan kaki sekalipun masih susah
apalagi untuk dilewati mobil atau truk seperti
sekarang ini , sungguh-sungguh tidak mungkin.
Mulailah
perjuangan para muasis dari Bani Hasyim dan Bani Ya’kub dalam memperjuangkan
Misbahul Munir . Menebang hutan dengan alat sederhana , serta membuat jalan
hingga masuk kedalam beberapa kilo meter
hingga mendekati SMP 11 ( sekarang ).
Pada
tahun 1986 jumlah santri telah mencapai kurang lebih 120 santri, dan mulai
menempati mushola yang kecil dan sederhana, namun didasari oleh kebesaran hati
untuk menerima dengan ikhlas atas pemberian Allah swt.Tujuan utama para muasis datang
ke daerah ini lebih untuk membangun mushola. Mushola kecil berhias kesabaran
dan keikhlasan. Mushola yang penuh kesederhanaan dan keterbatasan , kayu-kayu
hutan sebagai tiangnya dan beratapkan daun.Pembangunan mushola ini juga menjadi
awal berdirinya majelis ta’lim.
Kemudian diadakan musyawarah pemberian nama
majelis ini, maka muncullah gagasan berupa nama “Misbah “ . Nama ini diambil
dari nama guru Ustadz M.Yusa dalam rangka tabarukan kepada beliau. Kemudian
sebagai penyempurna ditambah dengan nama “ Munir” yang berarti penerang .Yang berarti Misbahul Munir
punya komitmen bahwa” orang-orang
Misbahul Munir harus bisa memberi pencerahan.”
Para
Muasis dan para asatidz , serta penduduk sekitar bekerjasama dalam membangun
mushola ini. Tidak ada tukang atau arsitek khusus dalam pembangunan ini, dengan
pengetahuan masing-masing lah sebagai modal nya, sehingga bila ada yang menyalahkan
pekerjaan yang lainnya , maka ia harus mampu membetulkan dan menyelesaikan nya
( demikian penuturan yang kami peroleh dari salah seorang Muasis ) . Mushola
yang dibangun kurang lebih berukuran 5x5 d an ditempati sekitar 14 orang
santri.
Jumlah
santri pun semakin bertambah dengan sebagian sudah menetap , diantaranya
tinggal di rumah asatidz dan mushola yang telah direhab.Namun setelah itu
jumlah santri mengalami kemerosotan , sebab santri banyak dari tingkat
pendidikan dasar (SD) sehingga mereka harus
meneruskan ke jenjang pendidikan di atas nya yakni SMP. Baru kemudian pada
tahun 1990 jumlah santri mulai normal kembali.Pada tahun ini pula TKA TPA berdiri
secara formal. Alumni pertama dari TKA TPA ini diantaranya Ustadz Nur Wahid,
yang sekarang beliau telah menjadi ustadz di Pondok ini.
Pada
tahun 1991 TKA TPA dipindah ke Nurul Ma’ad namun tenaga pengajarnya tetap dari
Misbahul Munir. Pada saat itu orang tua dari santri TKA TPA yang belum bisa
mengaji, mereka pun juga belajar yang
tergabung pada system pendidikan GLAMUR
( Golongan Lanjut Umur ). Pada tahun 1993 diadakan rehap mushola untuk
yang pertama kalinya.
Kemudian
tahun 1994 dimulailah pembangunan sarana pendidikan berupa asrama dengan sangat
sederhana, lagi-lagi dihiasi dengan kebesaran hati. Dalam perkembangan
berikutnya status kelembagaan ini pun mengalami perubahan ,dari Majelis Ta’lim
menjadi Majelis Ta’lim wa Dzikir. Hal ini sehubungan datangnya Abuya Mustary
yang membawa dan mengajarkan ajaran Thariqah Naqhsyabandiyyah Kholidiyah. Baiat
pertama dilaksanakan di rumah Bapak Suryo
di jalan Kasturi dengan biaya 25.000 sebagai dana untuk mendatangkan guru.
Pada
mulanya para ustadz dan santri masih takut untuk ikut Thareqat , karena
dikatakan orang Thareqat itu harus menguasai atau mengerti tentang syar’i , namun setelah diberi
motivasi dan nasehat dari Abuya akhirnya semua ikut.
Perkembangan
berikutnya, pada tanggal 17 Agustus 2002 M/ 08 Jumadil Akhir 1423 H , Bumi Shalawat ini mengalami kemajuan
yang sangat bagus yakni dari Majelis Ta’lim wa Dzikir menjadi Pondok Pesantren
Misbahul Munir dibawah naungan Yayasan Pendidikan Islam Misbahul Munir dengan
sebagai ketua Yayasan pertama Bapak Abdul Hamid dan sebagai pendiri Abuya Imam
Turmudzi Hasyim. Di sinilah mulai tampak
kejayaan Misbahul Munir . Namun,dikatakan bahwa sebelum menjadi pondok
pesantren ,berdiri suatu badan organisasi yang disebut dengan BPP ( Badan
Pengelola Pendidikan) yang diketuai oleh Bapak Untung ,dan sekretaris Bapak
Nurul Huda.
Tapi semua keberhasilan itu tidak terlepas
dari perjuangan keras para muasis. Yang
mana mereka rela meninggalkan kepentingan pribadi dan keluarga demi
memperjuangkan agama nya Allah , demi menyalakan lampu di tengah hutan
belantara, demi tegaknya agama Allah.
Dengan
adanya Yayasan Misbahul Munir ini , maka terbentuklah Pendidikan Diniyah, TPQ ,
Lembaga dakwah Islamiyyah, Tahfidzul Qur’an , dan Majelis Dzikir wa Ta’lim.
B.
Perkembangan
Misbahul Munir Hingga Saat ini
Misbahul Munir merupakan sebuah pondok pesantren yang menyediakan pendidikan
agama secara resmi. Pondok ini berdiri di atas tanah wakaf dari Muasis dan dari
warga setempat , yang pertama kali ialah Mbah Shofawiro . Ternyata diatas tanah
wakaf ini turun berbagai keberkahan ,
hingga pada suatu kejayaan.
Seiring
dengan perkembangan yang ada , maka Misbahul Munir tidak hanya menyediakan
pendidikan yang sifatnya agamis , tetapi juga pendidikan formal. Pendidikan
formal yang pertama kali berdiri ialah Pendidikan Madrasah Aliyah yang
sederajat dengan SMA(Sekolah Menengah Atas ). Rapat pembentukan Aliyah Misbahul
Munir ini dilaksanakan di rumah bapak Aidi dan dihadiri enam orang ,yakni Abuya
Syeikh Imam Turmudzi Hasyim, Bapak Aidi, Bapak Triadi, Bapak Rusli, Bapak M.
Hamid, dan Ustadz Ahmad Sururi. Tahun ajaran pertama kali dilaksanakan pada
tahun 2004 / 2005.
Selain
pendidikan Aliyah juga berdiri PLS ( Pendidikan Luar Sekolah) atau yang biasa
disebut Paket B yang sejajar dengan SMP ( Sekolah Menengah Pertama).
Kemudian
berdiri SD ( Sekolah Dasar) Islam Misbahul Munir, dengan tahun ajaran pertama
pada tahun 2006 / 2007. Dengan adanya SD
Islam , maka di perlukan pendidikan untuk jenjang berikutnya, yakni SMP atau
sederajatnya.
Sehingga
pada tahun ajaran 2009 / 2010 telah aktif pendidikan yang sederajat dengan SMP
, yakni berupa Madrasah Tsanawiyah Misbahul Munir.
Kemajuan dari satu tahap ke tahap
berikutnya telah dilalui , namun tidak berhenti sampai disini. Karena Misbahul
Munir pada tahun 2011 telah mampu mengadakan perkuliahan yang bertempat dilingkungan
pondok , di bawah naungan Universitas Darul’ Ulum Jombang. Perkuliahan ini
merupakan bentuk kerjasama dan tali silaturahmi antara pondok pesantren
Misbahul munir , Banjarbaru dengan pondok pesantren Darul ‘ulum , Jombang.
Pada
tahun 2011 pula , banyak dari kalangan ustadz dan ustadzah pondok Misbahul
Munir melakukan kuliah percepatan dan melaksanakan wisuda di kampus induk
Universitas Darul ‘Ulum , Jombang.
C.
Lika
Liku Perjuangan
1.
Munculnya
kecemburuan sosial dan fitnah
Sudah menjadi sunnatullah, setiap ada
yang menyukai , maka ada pula yang membenci. Begitu pula yang dialami oleh para
pejuang di Pondok Pesantren Misbahul Munir. Banyak yang mendukung , maka banyak
pula yang mencoba menghalang-halangi perjuangan ini.
Ada
pula yang mencoba memusuhi dengan berbagai cara, diantaranya dengan mengatakan bahwa ajaran yang dibawa
oleh para Muasis adalah ajaran sesat, menyimpang dari ajaran Islam yang
sebenarnya dan lain sebagainya.
Telah
dituturkan oleh Abuya Hasyim , bahwa pernah ada orang yang mencoba mengakui
bahwa jalan yang telah dibangun oleh para Muasis adalah hasil kerjanya . Namun Allah Maha Adil
dan Maha Mengetahui . Allah menunjukkan mana yang benar dan mana yang salah.
Akhirnya orang tersebut malu atas ucapannya sendiri.
Jika
kita kembali kepada sejarah awal sebelum Abuya dan tiga Muasis lainnya
mendirikan pesantren ini , fitnah pun terjadi ketika Abuya memperjuangkan
pondok pesantren Muti’ul Huda . Dimana ketika pondok itu telah mengalami
kejayaan , muncul fitnah yang begitu kejam yang akhirnya Abuya dan Ustadz
Ikhram memutuskan untuk pergi dari pesantren tersebut.
2.
Memberantas
perzinahan
Daerah Landasan Ulin, khususnya di
daerah jalan Golf ini tidak hanya terdapat banyak kriminalitas berupa
perampokan, perjudian , dan lain-lain ,tetapi juga terjadi perzinahan.
Tak
mudah untuk menghancurkannya, namun berkat kegigihan yang dilakukan oleh para
pejuang Misbahul Munir ,khususnya oleh Abuya Imam Turmudzi, akhirnya perzinahan
tersebut dapat di musnahkan , meskipun dengan berbagai rintangan.
Jika
ditelusuri lebih dalam lagi, mungkin masih banyak rintangan yang dilalui oleh
para Muasis yang belum kami ketahui secara detail.
Bagian
III
Pengenalan Terhadap Para Mu’asis
Pengenalan
terhadap para mu’asis merupakan suatu keharusan , khususnya bagi Keluarga Besar
Ma’had Misbahul Munir. Mengenal beliau-beliau berarti mengenamg pula jasa-jasa
beliau dalam memperjuangkan ma’had ini.
Bagaimana
tinggi atau alimnya kita , tidak akan mampu menandingi apa yang telah mereka
perbuat. Kita sebagai penerus , hendaknya menjaga betul apa-apa yang telah
mereka perjuangkan, sehingga kita tidak berbuat seenaknya saja.
Pondok
ini dibangun diatas keikhlasan dan pengorbanan yang begitu agung. Tak seorang
pun dapat menodai nya. Para mu’asis pun berharap kelak pondok ini akan selalu
di pegang oleh orang yang benar-benar ikhlas hanya mengharap ridho Allah swt
saja.
1. Abuya Hasyim
Abuya
Hasyim atau mbah Hasyim , begitu biasa beliau dipanggil.Beliau putra dari mbah
Bajuri. Mbah Hasyim merupakan Muasis tertua di Ma’had ini. Beliau adalah
ayahanda dari enam orang anak yang salah satunya ialah Abuya Imam Turmidzi Hasyim, yang mana telah kita ketahui bahwa
beliau juga salah satu dari empat Muasis di Ma’had Misbahul Munir.
Istri
beliau bernama Siti Maryam , yang mana beliau merupakan seorang istri yang luar
biasa. Beliau istri yang setia mendampingi suami dalam keadaan apa pun.
Mbah
Hasyim merupakan seorang pejuang pada masa PKI. Beliau begitu gigih dalam memperjuangkan
kebenaran dan menumpas kebatilan. Jadi tidak mengherankan jika hingga saat ini
beliau begitu keras dan tegas dalam menghadapi kebatilan. Namun dalam kerasnya
beliau tersimpan kelembutan yang terpancar pada setiap tingkah laku beliau.
Pernah
saat kami datang di kediamannya, beliau mengungkapkan satu ungkapan yang biasa
beliau camkan dalam berjuang yakni : “ Rawe-rawe
rantas , malang-malang putung .”
( kama qola Buya Hasyim). Yang mana dalam berjuang beliau punya tekat yang kuat
, yang tak akan pernah mundur dalam keadaan apapun, meskipun harus
mempertaruhkan nyawa.
2. Ustadz Muhammad
Yusa
Ustadz
Muhammad Yusa merupakan Muasis tertua kedua setelah Mbah Hasyim. Beliau lahir
pada tahun 1943 . Ibunya bernama Sabi’ah binti Hanafi, dan ayahnya bernama
Ya’kub bin Ilyas. Beliau adalah kakak dari Ustadz Muhammad Ikhram , yang beliau
juga merupakan Muasis di Pondok ini.
Beliau menikah dengan salah seorang putri
Mbah Hasyim, Ustadzah Siti Fatimah dan
telah dikaruniai seorang putri bernama Siti Badriyah. Kehidupan beliau terlihat
begitu bahagia. Apalagi pada usia senjanya , Ustadz Muhammad Yusa telah
memandang putri nya tumbuh menjadi gadis
cantik, cerdas, dan sholehah. Suatu kebahagiaan yang tak dapat di lukiskan
ketika melihat putra dan putrinya tumbuh menjadi anak yang sholeh dan sholehah,
taat kepada Allah dan Rasul Nya.
Hingga saat ini Ustadz M.Yusa masih
tetap mengajar,meskipun usia beliau terhitung tua namun semangat mengajar
beliau masih tinggi, bahkan melebihi ustadz-ustadz yang masih muda. Menurut
penuturan istri beliau, bahwa Ustadz Yusa merupakan guru pertama di Pondok
Misbahul Munir ini.
3. Ustadz Muhammad
Ikhram
Ustadz
Muhammad Ikhram lahir pada tahun 1955 , ibunya bernama Sabi’ah binti Hanafi dan ayahnya bernama Ya’kub bin Ilyas. Istri
beliau bernama Siti Munawarah , namun beliau telah lebih dulu dipanggil oleh
Allah swt . Beliau telah dikaruniai
tiga orang anak, dua orang putri dan satu orang putra.
Dalam kehidupan tanpa seorang
pendamping, beliau tampak begitu tegar dan bijaksana.Beliau tidak hanya
berperan sebagai ayah, namun juga sebagai ibu dari anak-anak beliau. Beliau
mampu mendidik anak-anak nya dengan baik , menjadi calon generasi penerus yang
sholeh daan sholehah serta berkualitas.
Dalam mengajar beliau pun tidak
kalah semangat dengan kakak beliau, Ustadz Yusa. Dalam mengajar beliau selalu
berpesan kepada santri-santrinya akan penting nya kejujuran dan berlaku benar.
“ Jujur dan Benar adalah kunci
kesuksesan, oleh karena itu jika engkau ingin sukses dalam menuntut ilmu-ilmu
nya Allah dan sukses dunia akhirat , maka selalu pegang dua hal tersebut.”
( kama qola Ustadz M. Ikhram).
4. Abuya Syeikh
Imam Turmudzi Hasyim
Abuya
Syeikh Imam Turmudzi Hasyim adalah putra dari pasangan mbah Hasyim dan mbah Maryam. Beliau
lahir di Banyuwangi, tahun 1965. Istri beliau bernama Sulatin (Ummi). Beliau
telah dikaruniai tiga orang anak , dua orang putra dan satu orang putri .Jika
kita ingin mencontoh sebuah keluarga yang harmonis , maka keluarga Buya lah
yang patut di pandang.
Beliau
adalah Muasis sekaligus Syeikhul Ma’had Misbahul Munir. Dalam mengajar beliau
selalu mengutamakan pendidikan akhlak dan hati. Dalam mengajar beliau selalu
memberikan kesejukan , hingga santri yang menerimanya pun merasa senang dan
merasa diayomi. Beliau selalu berpesan agar santri nya tidak pelit dan ikhlas
dan segala hal . Segalanya dilakukan atas dasar memohon ridho dari Allah .“ Bukan santriku kalau masih pelit dan tidak
pumya keperdulian pada yang lain .“ ( kama qola Abuya).
Selain
sebagai Syeikhul Ma’had beliau juga seorang Mursyid dari Thariqah
Naqhsyabandiyyah .Beliau selalu mengajarkan akan keutamaan-keutamaan menjaga
hati. Beliau pernah berpesan agar kita harus senantiasa menjaga hati , karena
ilmu akan mudah masuk dan bertempat pada
hati-hati yang bersih. Hati yang bersih akan menimbulkan perbuatan atau tingkah
laku yang mulia. Beliau pernah berucap “ Pondok
ini tidak berpagarkan tembok yang tinggi dan kokoh, akan tetapi hati-hati orang
yang di dalamnyalah yang senantisa di pagar dengan kokoh .”(kama qola
Abuya).
Kekasih…………………
Kedatanganmu senantiasa ditunggu
Kepergiaanmu mengundang berjuta
kerinduan
Ucapanmu menghapuskan berbagai
kegundahan
Senyummu memberikan kesejukan
Pelita
hati…………………
Cahayamu
telah menerangi gelapnya hati
Nasehat-nasehat
telah mengobati kebutaan
Hati-hati
kini tak lagi mengambang
Telah
kau ikat kuat dengan kasih dan sayang
Ungkapan
ini sungguh-sungguh tak cukup untuk menggambarkan betapa berharganya beliau di
hati setiap umat, khususnya para santri serta keluarga besar Ma’had Misbahul
Munir.
Namun
hanya ini yang mampu di tulis. Rasa kagum dan sayang ini hanya dapat dirasakan,
namun sulit untuk ditulis apalagi diungkapkan.
Bagus, sdh mau menulis.
BalasHapusPerbanyak lagi tulisannya spy lebih terbiasa berkarya
bisa jadi referensi skripsi juga nih...
BalasHapusAlhamdulilah
BalasHapusInsyaallah mudahan tambah rajin mengetik dan selalu ada yg bisa diajak konsultasi dengan tata bahasanya
BalasHapusMudahan pondok Misbahul Munir terus berkembang . Amiin
BalasHapusSubhanallah, suatu perkembangan yg luar biasa, saya dulu merasa dekat dengan ponpes misbahul Munir krn saya salah satu jama'ah majlis dzikir yg dibina oleh Buya Imam Turmudzi , tp krn pekerjaan dan pindah rumah lalu kurang aktif berjamaah, saya merasa telah menyia-nyiakan kesempatan, sekarang insya Allah mengejar kembali kesempatan yg telah hilang, mudahan Allah memberi kemudahan
BalasHapusIkut.....
BalasHapus